Matilah Dalam Keadaan Beragama Isam

 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.”

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..
 
Artikel kali ini saya dapat dari sebuah grup Islam di Facebook, artikel kali ini akan membahas tentang kematian. Semoga bermanfaat bagi anda. Berikut artikelnya..

Ada satu kepastian diantara ketidakpastian dalam kehidupan manusia, secara sadar atau tidak, manusia sesungguhnya menuju kepada-Nya. Tidak perduli apakah ia siap atau tidak, tua atau muda, cepat atau lambat. Bagi sebagian manusia, ia hanyalah proses alamiah dalam sebuah kehidupan. Menjadi akhir peristirahatan dari segala kegalauan. Bagi sebagian lain ia adalah awal dari sebuah kehidupan. Itulah "KEMATIAN". Pokoknya, setiap yang berjiwa baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya akan merasakan mati, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...” (Ali Imaran ayat 185). Di lain ayat, Allah menerangkan bahwa kematian itu terjadi atas izin-Nya sebagai sebuah ketetapan yang telah ditentukan waktunya, sebagaimana firman-Nya, Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya...” (Ali Imran ayat 145)

Ibarat sebuah sungai, muaranya merupakan merupakan pintu gerbang samudra. Begitu pula dengan kematian, ia adalah muara bagi pintu gerbang samudra kehidupan yang luas dan kekal.
Sesungguhnya manusia telah memilih bagaimana akhir kehidupannya. Dan pilihan itu ada pada bagaimana ia menjalani kehidupannya. Sebagaimana ia menjalani kehidupannya seperti itulah kemungkinan besar ia akan menghadapi kematiannya. Karena sesungguhnya dengan menjalani kehidupan berarti kita sedang berjalan menuju kematian kita. Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, “kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata”’ ( Jum’ah ayat 8). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, meskipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (An-Nisa ayat 78).
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dan akan menima kepada setiap yang berjiwa. Yang jadi masalah adalah tidak ada yang tahu kapan kematian itu akan menimpa, Rasulullah sendiri pun tidak diberitahu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tinggal bagaimana diri kita dalam mempersiapkan diri ini untuk menghadapi kematian yang akan mendatangi kita. ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Ali Imran ayat 102). Kita umat manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya untuk mengabdi atau beribadah saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Adz-Dzariyaat ayat 56). Ayat ini menunjukkan bahwa kita umat manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya untuk mengabdi atau beribadah saja. Namun kebanyakan manusia menjadi lengah, teledor dan bahkan ada yang sengaja melupakan kewajiban beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang-orang yang berfikir secara kerdil dan menjatuhkan diri kepada keduniawian akan berlari dengan segala kemampuan yang ada dari kematian. Kematian merupakan momok yang menakutkan yang akan mengambil segala yang telah diusahakan selama hidupnya. Padahal jauh berabad-abad dahulu Rosulullah telah mengingatkan, “Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian)”. (HR. Tirmidzi). Pada jaman sekarang ini, manusia kebanyakan berlomba-lomba dalam kemegahan, menumpuk-numpuk harta, mereka tidak akan merasa puas, kecuali maut datang menjemputnya sebagaimana disitir dalam firman Allah : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur” (Al-Takaatsur ayat 1-2). Ingatlah, kita semua akan mati, dikubur dan di dalam kubur bila amal kita baik selama di dunia, kita akan mendapat kenikmatan. Namun, jika kita termasuk golongan kaum yang mungkar, fasik, menafik maka siksa kubur sangat dahsyat. Sementara manusia-manusia yang cerdas menjadikan kehidupannya bukan hanya sebagai sarana menghadapi dan mempersiapkan kematian, namun menjemput kematian melalui seni kematian. Paradigma seni kematian memang masih aneh dalam fikiran masyarakat saat ini. Kematian hanyalah kematian. Bagaimana mungkin sesuatu yang nafsu membenci bertemu dengannya menjadi sesuatu yang jiwa bergairah berjumpa dengannya? Inilah salah satu ajaran Islam yang agung, mengatur dari hal-hal kecil kehidupan sampai bagaimana menjemput kematian dalam koridor-Nya. Contoh-contoh siksa kubur telah diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, antara lain yaitu siksa kubur bagi orang kafir, siksa kubur bagi orang yang durhaka, dan siksa kubur bagi orang yang suka berkunjung dan mengadu domba. Setiap orang menghendaki selamat dari siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ingin memperoleh pahala serta rahmat-Nya, dan juga ingin dimasukkan ke dalam syurga-Nya. Untuk meraih kehendak dan keinginan dimaksud, seharusnya seseorang dapat mencegah nafsu dari kesenangan duniawi, selalu sabar dalam penderitaan dan bencana atau musibah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar” (Ali-Imran ayat 146).

Bagi orang-orang cerdas, kematian adalah panglima nasihat dan guru kehidupan. Sedikit saja ia lengah dari memikirkan kematian, maka ia telah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya. Inilah yang membuat seorang Sayyid Qutb berkata di tiang gantungan Rezim Pemerintah Gamal Abdul Naser berkata, ”Hiduplah Anda dalam keadaan mulia, atau matilah dalam keadaan mati syahid”. Begitu juga Malaikat Maut yang menyayangi Nabi Idris untuk dicabut nyawanya, karena termasuk orang yang sabar sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam Surat Al-Anbiya ayat 85, “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Mereka itu semua termasuk orang-orang yang sabar”, dimana orang yang sabar itu disayangi oleh Allah sebagaimana firman-Nya, “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar” (Ali-Imran ayat 146). Seni kematian yang paling indah juga dicontohkan para sahabat dalam membela risalah Islam dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia. Rosulullah pernah bersabda, “Cukuplah kematian itu sebagai penasehat”. (HR. Thabrani dan Baihaqi). “Secerdas-cerdasnya manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdas dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat”. (HR. Ibnu Majah)

Sekarang adakah dalam hati kita kematian itu sebagai penasihat terbaik kita dan memulai menata hati, jiwa dan raga untuk menjemput kematian dengan seni kematian yang begitu indah dalam Islam? Wallahu a’alam. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
 
Sumber :  Komunitas Umat Islam Indonesia
Editor : Muhammad Hidayat

0 komentar:

Posting Komentar